BARBER(SHOP) DARI MASA KE MASA

Beberapa tahun kebelakang tren barber shop kembali menghias perjalanan kultur anak muda urban. (Kebanyakan) kemudian yang terjadi pola potongan rambut anak-anak muda terlihat mirip jika tidak bisa dikatakan sama. Barber shop dengan tampilan mewah menjamur dengan barbernya yang berpenampilan necis lengkap dengan tato menghias beberapa bagian tubuh mereka. Dari manakah kultur barber(shop) ini berasal? Ada kalanya ia dihubung-hubungkan dengan kultur rockabilly, adakah mereka berhubungan? Perlahan kita akan mengarungi waktu menyusuri perjalanan barber(shop).
Barber (berasal dari bahasa Latin Barba, “beard”, jenggot) adalah seseorang yang pekerjaannya memotong rambut. Pada masa lalu barber (juga dikenal sebagai barber surgeon) juga mempraktekkan pekerjaan dokter gigi, dan melakukan bedah sederhana. Secara kesejarahan semua hairdresser bisa disebut sebagai barber, pada abad ke 20 profesi cosmetology merupakan cabang dari barbering. Barber memiliki sejarah yang panjang, jika dirunut ke belakang, ia dimulai ketika pisau cukur ditemukan. Sementara itu kabarnya pisau cukur pernah ditemukan diantara relik-relik dari jaman perunggu (sekitar 3500 SM) di Mesir. Pada kebudayaan Mesir kuno, barber adalah individu yang sangat dihormati, pada beberapa suku, barber adalah anggota penting semenjak dipercaya bahwa roh jahat bisa masuk ke tubuh seseorang melalui rambut, dan memotongnya bisa mengeluarkan roh jahat tersebut. Sedangkan pada kebudayaan Yunani kuno, seseorang akan menyerahkan urusan jenggot, rambut, dan kukunya pada seorang cureus di sebuah agora (pasar) yang juga berfungsi sebagai sebuah arena pertemuan sosial dimana mereka bisa berdebat dan bergosip.
Pada tahun 1893 A.B. Moler of Chicago mendirikan sekolah untuk mereka yang ingin menjadi barber, dan merupakan institusi pertama di dunia yang mengajarkan seseorang untuk menjadi barber. Institusi tersebut mendapatkan kesuksesannya semenjak hari pertama dibuka. Kurikulum standar pada sekolah barber biasanya termasuk potong rambut, mewarnai rambut, proses kimia seperti bleaching, dyeing, lightening, dan seluruh disiplin cosmetology.
Dari paparan singkat diatas, barber(shop) lebih berhubungan (secara sosial) pada sebuah kultur komunikasi, sebuah melting pot dimana perputaran arus informasi terjadi. Namun sekarang kecenderungan barber shop sebagai sebuah melting pot tertutup dengan sendirinya. Barber shop adalah sebuah tempat untuk mengurus rambut, jenggot, dan/ atau kumis, tidak lebih. Barber shop yang saya maksudkan disini adalah barber shop yang kebanyakan meniru model visual barat. Demikian kecenderungan mimikri poskolonial terjadi disana memperlihatkan kegagapan pelaku-pelaku kultural tersebut. Yang justru menjadi arena pertukaran informasi (sejauh yang pernah saya alami) adalah barber shop tradisional yang lokasinya di tengah pasar, dan tukang-tukang cukur DPR (Dibawah Pohon Rindang) yang seringkali harus lari terbirit-birit ketika tibum mendekat. Cukup menyedihkan (paling tidak bagi saya) karena keberadaan barber shop tradisional seperti itu sudah terancam. Saya masih percaya informasi di akar rumput beredar tidak di tempat-tempat yang mewah dan bersih, tapi di pinggiran jalan berdebu dan “kotor”. Demikian menurut saya, barber shop moderen tidak akan sanggup menyaingi barber shop tradisional dalam konteks perputaran informas

Komentar

Postingan Populer